Monday, 23 December 2019

Ringkasan Materi Berita




Dimanapun tempatnya pasti teman-teman akan selalu mendengarkan kata berita smapai akhirnya materi tentang berita ini selalu kita pelajari di sekolah dan terkadang kita perlu mempelajari bagaimana cara membuatnya, struktur, dan ciri-cirinya. Berikut ringakasan atau penjelasan tentang berita.

Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan, saat berita dilaporkan oleh wartawan laporan tersebut menjadi fakta / ide terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi pemberitaan / media untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat menarik khalayak banyak karena mengandung unsur-unsur berita. Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita ada dalam masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf. 

Pentingnya 5 W + 1 H dan Piramida Terbalik ( Struktur Berita) 
Menulis berita bukan sekadar mencurahkan isi hati. Sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan informatif. Tidak seperti menulis karangan yang mendayu-dayu. Kualitas berita tentu harus memenuhi kriteria umum penulisan, yaitu 5W+1H yang sudah menjadi ‘sego jangan’ (di luar kepala) buat seorang jurnalis. Selain syarat tersebut, sebenarnya ada juga syarat yang juga wajib dimengerti oleh seorang jurnalis, yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini lebih sering dikenal dengan sebutan ‘Piramida Terbalik’. Kenapa disebut Piramida Terbalik, karena bentuknya memang mirip dengan piramida mesir namun posisinya terbalik.

Mengapa kedua hal ini disebut sebagai dasar menulis bagi wartawan. Kedua teknik ini juga bisa, dan memang efektif, dipakai oleh penulis non-wartawan, termasuk bloger 5W=1H adalah singkatan dari “what, who, when, where, why, how,” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah artikel biasa atau berita biasa.

Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik: Inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai “lead” atau “teras berita”; biasanya satu hingga dua paragraf), data-data penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida terbalik.
Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang wartawan. Kenapa harus menggunakan metode Piramida Terbalik, tentu maksudnya adalah agar pembacara dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya. Apalagi disaat seperti sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan, sebaiknya dalam menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi- informasi penting (inti) disajikan di awal paragraf, selanjutnya informasi pendukung mengikuti paragraf berikutnya.

Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal.

Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Sedangkan bagi media dengan penulisan Piramida Terbalik ini, akan menghemat space halaman.

Sifat Berita 
Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal yang terjadi sudah lama.
Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan kejadian yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh.
Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada kehidupan langsung, contoh: UU larangan merokok.
Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar, contoh: penayangan film Fitna di situs YouTube.
Pertentangan/ konflik.
Seks. Contohnya seperti perceraian, perselingkuhan, dan lain sebagainya
Ketegangan. Contohnya seperti saat-saat pelantikan presiden.
Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan.
Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih, kecewa. Contohnya: pemberitaan tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
Humor.

Sekian blog dari saya semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran Anda di kolom komentar di bawah. Terimakasih (^_-)

Sejarah Jepang

Kira-kira di kalangan anak muda jaman sekarang sudah trend dengan adanya budaya Jepang yang sudah membabi buta. Apalagi mengenai sejarah Jepang di Indonesia yang pernah menjajah karena memang Si Nippon ini tidak pernah dijajah oleh negara lain di dunia. Dan kali ini saya ingin mengetahui terlebih dahulu bagaimana prasejarah negara Jepang ini terbentuk seperti layaknya negara lainnya.
Dokumen tertua mengenai sejarah Jepang adalah kumpulan naskah sejarah Tiongkok Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti asal abad ke-1 Masehi. Namun bukti-bukti menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni manusia sejak zaman Paleolitik Atas Setelah zaman es terakhir sekitar 12.000 SM, ekosistem Kepulauan Jepang yang kaya memungkinkan manusia untuk hidup. Barang-barang tembikar tertua berasal dari zaman Jōmon.

Zaman Prasejarah

- Zaman Paleolitik

Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon. Bukti-bukti penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni orang sejak 35.000 SM. Kepulauan Jepang terpisah dari daratan Asia setelah zaman es terakhir sekitar 11.000 SM. Setelah terungkapnya pengelabuan zaman Paleolitik Jepang oleh peneliti amatir Shinichi Fujimura, bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah dan zaman Paleolitik Tengah yang diklaim oleh Fujimura dan rekan-rekan telah diteliti ulang dan ditolak.

- Zaman Jomon


Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, tetapi belum mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang.

Orang zaman Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM. Boneka tanah liat yang disebut dogū juga ditemukan dari situs ekskavasi.

Barang-barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa. Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang.

- Zaman Yayoi


Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi.

Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau Tiongkok. Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.

Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, “Di seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar upeti.” Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku.

Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Tiongkok tiba di Kyushu dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana Tiongkok, mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di sana juga menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Tiongkok yang mengenal tato, tradisi mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan pakaian terusan berukuran besar.

Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang zaman Yayoi yang mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat perkakas besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Tiongkok. Dari barang-barang peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak dan berdagang dengan orang dari Daratan Tiongkok.

Sekian dulu blog dari saya semoga bermanfaat berikan kritik dan saran di bawah kolom komentar. Terimakasih (^_-)

Friday, 6 December 2019

Hutan Bunuh Diri (Aokigahara)

Halo teman-teman saya dan kalian semua pasti ada yang pernah berpikiran untuk bunuh diri menghilangkan rasa depresi yang membuat kita pusing memikirkan permasalahan dunia yang tidak ada habisnya. Namun bagaimana kalau ada suatu hutan yang memang khusus menjadi tempat favorit orang depresi yang berniat bunuh diri. Ya di Jepanglah hal ini dapat terjadi yaitu di Hutan Aokigahara.

Aokigahara (青木ヶ原 Aokigahara) adalah hutan yang terletak di sebelah Barat Laut Gunung Fuji, membentang dari kota Kawaguchiko hingga desa Narizawa, Prefektur Yamanashi. Aokigahara disebut juga “hutan lautan pohon” dan “lautan pohon gunung Fuji”. Disebut demikian karena jika angin meniup pepohonan di sana terlihat seperti keadaan ombak di laut. Usia hutan ini diperkirakan sekitar 1200 tahun. Hutan ini dikenal sebagai tempat bunuh diri populer di Jepang.

Tanah Aokigahara terutama mengandung batuan vulkanik dan sulit ditembus dengan peralatan seperti beliung atau sekop. Terdapat pula berbagai jejak/penanda yang digunakan saat pencarian mayat tahunan yang dilakukan oleh relawan setempat. Hutan yang sepi di kaki Gunung Fuji ini benar-benar gelap. Sepanjang jalan, di beberapa titik hanya bisa terlihat pita-pita merah, tas ransel yang ditinggalkan pemiliknya, botol-botol sake kosong, kartu kredit, dan kaus kaki bekas. Benda itu adalah peninggalan orang-orang yang putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya di sana. Dalam beberapa tahun terakhir, para wisatawan dan pendaki gunung yang menjelajahi Aokigahara menggunakan selotip plastik untuk menandai jejak mereka agar tidak tersesat.

Meskipun pihak berwenang mencoba menghilangkannya berkali-kali, wisatawan dan pendaki gunung terus saja meninggalkan sampah, dan sejumlah besar sampah berserakan di sepanjang kilometer pertama di hutan tersebut, sebelum sampai pada objek wisata yang banyak dikunjungi seperti Gua Es dan Gua Angin. Setelah kilometer pertama dan pada arah menuju Gunung Fuji, keadaan hutan tersebut lebih “lestari”, seiring dengan sedikitnya sampah atau benda yang ditinggalkan pengunjung dan sedikitnya tanda-tanda keberadaan manusia.

Hutan tersebut dilaporkan sebagai tempat bunuh diri yang paling populer di seluruh Jepang dan masuk peringkat dua di dunia sebagai destinasi bunuh diri setelah Jembatan Golden Gate di San Francisco. Angka kasus bunuh diri bervariasi, namun dari yang sejauh ini didokumentasikan sejak tahun 1988, sekurang-kurangnya ada 100 peristiwa bunuh diri terjadi tiap tahun di sana.

Berbeda dengan kawasan-kawasan hutan wisata lain yang sering dikunjungi orang-orang, di pintu masuk Aokigahara akan ditemui papan besar yang berisi nasihat-nasihat dan kalimat persuasif untuk membatalkan niat bunuh diri. Jepang, menurut data WHO, adalah salah satu di antara sepuluh negara yang warganya gemar memilih bunuh diri. Tradisi itu bahkan ada sejak era keshogunan.
Shogun (将軍 Shōgun) adalah istilah bahasa Jepang yang berarti jenderal. Dalam konteks sejarah Jepang, bila disebut pejabat shogun maka yang dimaksudkan adalah Sei-i Taishōgun (征夷大将軍) yang berarti Panglima Tertinggi Pasukan Ekspedisi melawan Orang Biadab (istilah “Taishōgun” berarti panglima angkatan bersenjata). Sei-i Taishōgun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat di luar sistem Taihō Ritsuryō. Jabatan Sei-i Taishōgun dihapus sejak Restorasi Meiji. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang, istilah shōgun yang berarti jenderal dalam kemiliteran tetap digunakan hingga sekarang.

Sejak zaman Nara hingga zaman Heian, jenderal yang dikirim untuk menaklukkan wilayah bagian timur Jepang disebut Sei-i Taishōgun, disingkat shogun. Jabatan yang lebih rendah dari Sei-i Taishōgun disebut Seiteki Taishōgun (征狄大将軍 panglima penaklukan orang barbar) dan Seisei Taishōgun (征西大将軍 panglima penaklukan wilayah barat). Gelar Sei-i Taishōgun diberikan kepada panglima keshogunan (bakufu) sejak zaman Kamakura hingga zaman Edo. Shogun adalah juga pejabat Tōryō (kepala klan samurai) yang didapatkannya berdasarkan garis keturunan.

Pejabat shogun diangkat dengan perintah kaisar, dan dalam praktiknya berperan sebagai kepala pemerintahan(Seperti Perdana Menteri) walaupun Negara asing mengganggap shogun sebagai “raja Jepang”, tetapi secara resmi shogun diperintah dari istana kaisar, dan bukan penguasa yang sesungguhnya. Kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Kaisar Jepang.

Ya kira-kira seperti itulah adanya memang Jepang adalah tempat di mana berbagai hal aneh terjadi. Tapi jangan sampai kita mengikuti budaya tersebut namun hanya perlu diketahui saja.

Sekian dulu blog dari saya maaf kalau ada salah kata silahkan komentar di bawah kalau ada kekurangan atau follow akun saya di Hubungi Kami. Terimakasih (^_-)

Tuesday, 12 November 2019

Sejarah Musik Lengkap



Salam Sejahtera semua, kalian pasti pernah mendengar berbagai musik kan. Semua orang di dunia tidak terkecuali banyak yang lebih suka mendengarkan musik ada yang sekedar untuk hiburan semata, seni, dan lain sebagainya. Tapi apakah kalian tau dari mana kah asal muasal musik yang sering kalian dengar pasti penasaran kan?? Oke tanpa banyak basa basi mari kita bahas.

Pengertian Musik

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada, dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.

Sejarah Awal Musik

Musik dikenal sejak kehadiran manusia modern Homo sapiens yakni sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Tidak ada yang tahu kapan manusia mula mengenal seni dan musik. Dari penemuan arkeologi pada lokasi-lokasi seperti pada benua Afrika, sekitar 180.000 tahun hingga 100.000 tahun lalu telah ada perubahan evolusi pada otak manusia. Dengan otak yang lebih pintar dari hewan, manusia merancang pemburuan yang lebih terarah sehingga bisa memburu hewan yang besar. Dengan kemampuan otak seperti ini, manusia bisa berpikir lebih jauh hingga di luar nalar dan menggunakan imajinasi dan spiritual. Bahasa untuk berkomunikasi telah terbentuk di antara manusia. Dari bahasa dan ucapan sederhana untuk tanda bahaya dan memberikan nama-nama hewan, perlahan-lahan beberapa kosakata muncul untuk menamakan benda dan memberikan nama panggilan untuk seseorang.

Dalam kehidupan yang berpindah-pindah, manusia purba mungkin mendapat inspirasi untuk mengambil tulang kaki kering hewan buruan yang menjadi makanannya dan kemudian meniupnya dan mengeluarkan bunyi. Ada juga yang mendapat inspirasi ketika memperhatikan alam dengan meniup rongga kayu atau bambu yang mengeluarkan bunyi. Kayu dibentuk lubang tiup dan menjadi suling purba.

Manusia menyatakan perasaan takut dan gembira dengan menggunakan suara-suara. Bermain-main dengan suara menciptakan lagu, hymne, atau syair nyanyian kecil yang diinspirasikan oleh kicauan burung. Kayu-kayu dan batuan keras dipukul untuk mengeluarkan bunyi dan irama yang mengasyikkan. Mungkin secara tidak sengaja manusia telah mengetuk batang pohon yang berongga di dalamnya dengan batang kayu yang mengeluarkan bunyi yang keras. Kulit binatang yang digunakan sebagai pakaian diletakkan sebagai penutup rongga kayu yang besar sehingga terciptalah sebuah gendang.

Teori pra sejarah musik hanya didasarkan pada temuan situs arkeologi paleolitik. Seruling merupakan alat musik yang banyak ditumakan pada zaman pra sejarah, yang salah satunya berbentuk seperti shakuhachi yang berasal dari Jepang. Ada seruling Divje Babe yang terbuat dari tulang paha beruang gua, yang diperkirakan sudah digunakan sekitar 40.000 tahun yang lalu. Berbagai jenis seruling dan alat musik yang terbuat dawai atau senar telah ada sejak zaman.

Peradaban Lembah Sungai Indus, India, yang memiliki salah satu tradisi musik tertua di dunia yang berasal dari kitab Weda. Penemuan terbesar dan tertua dari alat musik pra sejarah berlokasi di Cina, yang bisa dilacak balik ke antara 7000 dan 6600 SM. Lagu-lagu Hurri adalah kumpulan musik tertulis dalam tulisan kuno yang digali dari Hurrian di kota Ugarit yang diperkirakan telah ada sekitar 1400 SM.

Musik Zaman Kuno

1. Musik Mesir (mulai tahun 2000 SM)

Sejarah musik beserta alat-alat musik bangsa Mesir diketahui berkat adanya monumen-monumen berupa prasasti seperti harpa-harpa dalam bentuk bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, lyra, gitar, mandoling dan seruling tunggal maupun ganda. Pada makam-makam yang megah tertulis pada dindingnya riwayat kehidupan rumah tangga bangsa Mesir dan dari situ kita melihat bahwa seni musik mengambil peranan besar dalam mengiringi kebaktian seperti tari-tarian, ratapan pada kematian dan juga jamuan-jamuan makan.

2. Musik Yunani (mulai tahun 1100 SM)

Apa yang kita sebut bangsa Yunani dan bangsa yang menyebut dirinya Hellas, adalah bangsa yang sebagian besar berasal daru Indo-German. Hellas adalah putra dari Raja Phityea di Thessalia yang jadi mitos nenek moyang suku Hellas.
Masa Mistis (sebelum 110 SM)
Seperti Bangsa-Bangsa Kuno yang lain, meyakini bahwa seni berasal langsung dari dewa-dewa. Dewa dan Pelindung kesenian adalah Apollo, yang ketika lahir merobek kain kain lampin yang bersulakan emas dan kemudian dibalutkan padanya oleh Dewa-Dewi kahyangan dan berteriak: “citara itu akan dipersembahkan padaku dan saya akan mengumumkan kemauan yang tak terpatahkan dari Zeus”.

Kepahlawanannya yang pertama adalah mengalahkan python yaitu seekor naga yang datang dari kegelapan. Karenanya madah Yunani terkait dengan kejadian itu, dan di kota delphi kesenian Pythis dirayakan dengan nyanyian dan permainan musik dengan alat musik berdawai.

3. Musik Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam

Masa prasejarah (3000-1000 SM)

Sumber pertama dalam musik Arab terdapat pada prasasti Asyria dari abad 7 SM. Arab memiliki peranan penting dalam musik terutama bagi daerah Mesir dan Mesopotamia. Hal ini terjadi karena Arab berdagang sejak dulu, maka arab berkontak dengan bangsa-bangsa sekitarnya, termasuk berdagang dengan orang Mesopotamia, Yahudi kemudian Yunani. Pegaruh timbal balik nampak kemudian pada nama alat musik Arab yang dipakai di lain tempat dengan nama berbeda-beda, semisal gendang yang bernama tabl dalam bahasa tibrani disebut tibela. Sebelum lahir agama Islam nampaknya orag Arab memakai musik juga untuk agama animis, sama seperti kebudayaan sekitarnya. Dewa Dhu’l-Shara dihormati dengan madah-madah; dukun (sha’ir) melalui musik dapat memanggil roh (Jinn), dsb.

Sebelum agama Islam (abad 1-7 M)

Raja-raja di Arab Selatan memang mendukungmusik dan sastra; maka hingga sekarang orang Arab Utara memandang daerah Yemen Selatan sebagai tempat lahirnyamusik Arab yang sebenarnya.Namun kerajaan Arab Selatan jatuh (berkaitan dengan jatuhnya Mesopotamia) maka terjadilah transmigrasi dari Selatan ke Utara pada abad 2. Dengan demikian berkembanglah musik pada tiga pusat: Syria, Mesopotamia, dan daerah Arab Barat.[3]

4. Musik Islam dan sekolah klasik musik Arab (abad 7-9 M)

Nabi Muhammad (571-632) tdak hanya lahir di Mekkah tetapi juga mewartakan agama Islam pertama-tama disini. Dapat diketahui bahwa dia senang dengan musik dan sekaligus melawan musik. Artinya demi kepentingan agama dia membeda-bedakan musik mana bertentangan dengan agama dan mana tidak. Dengan berkembangnya agama Islam musik duniawi mula-mula mundur. Dibawah kalifah-kalifah pertama (632-661) terdapat banyak tulisan melawan quina (gadis penyanyi). Namun kemudian musik duniawi mendapat dukungan baru oleh kalifah-kalifah Ummayah (661-750). Ciri khas musik duniawi yang paling menonjol waktu itu adalah nyanyi tunggal dengan iringan lute.

5. Musik Cina (mulai tahun 2000 SM)

Bangsa Tiongkok menceritakan asal mula susunan nada mereka pada tahun 2700 S.M., pada masa pemerintahan Kaisar Hoang Ty yang menunjuk seseorang yang bernama Ling-Lun untuk membuat peraturan serta menentukan dasar dari ilmu olah nada atau seni dengan nada-nada. Ling-Lun mengemban tugas tersebut pergi ke daerah Sing Yung, dekat mata air sungai Hoang-Ho, dimana terdapat sebuah gunung dan berhutan kayu serta bambu yang lebat. Di Hutan tersebut Ling-Lun mendapatkan gagasan untuk membuat pipa-pipa seruling dari ranting bambu degan berbagai macam ukuran, dan di dalam Hutan tersebut terdapat sepasang burung ajaib yang bernama Fung-Hoang.

Burung jantan yang disebut Fung menyanyikan enam nada dan Burung Betina yang disebut Hoang menyanyikan enam nada yang lainnya dan berpadu menjadi kesatuan nada yang disebut “nada jantan” dan “nada betina”, atau lebih dikenal dengan “nada-setengah”. Kemudian Ling-Lun menirukan nada burung yang didengarnya tersebut dengan serulingnya sehingga timbul nada yang terendah, F, yang diberi nama Kung atau “nada besar”.
“Nada besar” ini kemudian bernama Istana Kaisar dan seruling yang membawakan nada tersebut dibuatnya dengan ranting bambu dengan nama Hoang-Tschung yang memiliki arti Jam Kuning. Nada tersebut adalah nada yang dikeluarkan oleh burung ajaib Fung Hoang, maka Ling-Lun menetapkan nada tersebut sebagai nada-purba atau nada permulaan. Dengan penemuan ini Ling-Lun kembali ke istana untuk menentukan nada yang tepat, ia menuangkan semacam biji gandum berwarna hitam yang disebut dengan Chou, kedalam seruling bambu untuk mengetahui nada dasar yang diinginkan. Bangsa Tiongkok telah mengetahui cara mengukur interval nada dengan menggunakan pengaruh gabungan antara mitos dan perhitungan matematis, menurut keterangan oleh Amiot dalam bukunya “Memoire sur la Musique des Chinois”.

7. Musik India (mulai tahun 1500 SM)

Bangsa India kuno menganggap bahwa musiknya berasal dari Dewa-dewanya. Saraswati, isteri dari brahma, menganugerahkan kepada umat manusia, yaitu disebut: Vina. Maka dari itu Saraswati dianggap sebagai pelindung dari seni-suara (seni-musik). Di dalam kitab Veda, buku suci dari penganut Brahma, tepatnya dalam rigveda (1500 SM) terdapat hymne-hymne yang termasuk dalam bidang seni musik.
Para Brahmana menyimpan banyak naskah nyanyian kuno yang mempunyai kekuatan gaib. Beberapa lagu dianggapnya dapat membuat mukujijat-mukjijat besar, seperti memaksa manusia atau hewan untuk bergerak menurut apa yang dikehendaki oleh penyanyi. Tangga nada yang tertua yang terdapat pada bangsa india mirip dengan tangga nada kuno di cina yang terdiri dari 5 tingkat. Dengan demikian terbuktilah bahwa di antara kedua bangsa tersebut ada hubungan yang dekat sejak jaman kuno. Seperti pada bangsa Cina, tangga nada india lama-kelamaan berubah juga menjadi tangga-nada dengan 7 tingkat.

 Di dalam kitab suci Narayan terkandung sebuah teori musik dalam bentuk syair. (seperti juga Felix Drusche yang menulis karyanya dalam bentuk syair). Irama lagu india adalah sangat berubah-ubah, disebabkan oleh besarnya atau banyaknya corak bait syair-syair Hindu. Alat musik india adalah Vina, yaitu alat musik petik india. Alat itu mempunyai 7 dawai dengan jangkauan nada yang lebih luas dari 2 oktaf. Usia dari alat ini dikenal dari dongeng bahwa alat ini ditemukan oleh Saraswati, dewi seni india, dan adalah alat yang paling disukai oleh dunia yang beradab.

Alat kedua yang berdawai adalah Magaudi, yang berbentuk gitar; kemungkinan besar berasal dari Arab. Pawang-pawang ular India menggunakan alat ini dengan 4 dawai, yang biasa untuk “menyihir” ular. Adapun alat tiup yang sudah di kenal bangsa India seperti seruling-tunggal dan seruling ganda. Terdapat juga alat gesek, sejenis biola yang namanya Serinda juga digunakan dalam seni musik India.

6. Musik Jepang (mulai tahun 600 SM)

Pada tahun 54 M, Raja Dairi dari bangsa Jepang yang masih abudaya mengirim utusan untuk mempersembahkan hadiah atau bulubekti kepada kaisar Cina dan karena hbungan seperti ini, mengalirlah kebudayaan kuno dari Cina itu ke negeri Jepang. Watak kedua bangsa tersebut sangat berbeda. Bangsa Jepang lebih bersungguh-sungguh dan tekun. Namun musik pada bangsa Jepang masih sekeluarga dengan musik bangsa Cina. Bangsa Jepang memiliki macam-macam alat musik tiup, yang ditiup lurus maupun miring/silang. Selain itu Jepang juga memiliki alat musik berdawai seperti mandolin (luit), Shamisen, Kokin, dan Biwa. Jepang juga memiliki kekayaan akan alat musik pukul (perkusi) yang tidak kalah dengan Cina. Alat musik tersebut antara lain: kendang/tifa, pauka, tambur genta, dan keprak-kayu. Para olah musik di Jepang tidaklah terpandang. Mereka masuk golongan yang rendah walaupun tidak terendeh. Sebaliknya seni musik Jepang adalah seni yang mendapat tempat di negerinya dan sebagai seni yang berharga/terhormat.

7. Musik Indonesia

Zaman prasejarah (sebelum abad 1 M)
1. Imigrasi Pra-Melayu pada tahun 2500-1500 SM terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan ladang. Terutama di Annam (Cina Selatan) Mereka mengembangkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut-menyahut.

2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman Perunggu (abad 4 SM) pada sekitar abad ke 4 SM dri daerah Cina Selatan bernama Annam. Tangga nada pelog ikut dibawah ke Indonesia oleh kelompok Proto-Melayu. Alat musik yang dibawah adalah Gong-gong dan ditemukan di pulau Jawa.

Musik Monofon (Gregorian)
Istilah ‘monofon’ berasal dari dua kata, yaitu monos (berarti tunggal – bhs Yunani), dan phooneoo berarti berbunyi. Sehingga istilah ‘musik monofon’ ialah suatu jenis musik yang terdiri dari satu suara saja, tanpa iringan apapun juga. Kalimat “tanpa iringan apapun juga” benar-benar perlu dicantumkan agar monofoni ini dapat dibedakan dari monodi.
Menurut para pakar musik, musik Abad Pertengahan merupakan puncak kesempurnaan artistik musik monofon atau disebut musik Gregorian. Istilah musik Gregorian ini baru dipakai oleh Sri Paus Leo (847-885) dalam suatu surat kepada pemimpin biara, Abas Honoratus yang menyebutkan carmen Gregorianum(nyanyian Gregorian). Nyanyian ini sebenarnya sudah ada sebelum Paus Gregorian meninggal pada tahun 604 dan dipengaruhi secara khusus oleh Paus tersebut. Macam-macam tulisan tentang musik Gregorian juga harus hati-hati untuk dibaca karena banyak versi seperti karangan Auguste Gevaert (1828-1908), seorang musikolog, komponis, dirigen asal Belgia, yang sangat menekankan pengaruh musik Yunani dalam pembentukan lagu Gregorian.

Sekian dulu blog dari saya maaf kalau ada salah kata silahkan komentar di bawah kalau ada kekurangan atau follow akun saya di Hubungi Kami. Terimakasih (^_-)

Wednesday, 6 November 2019

Sejarah TKI (Tenaga Kerja Indonesia)



Lama saya tidak menulis di blog saya yang satu ini karena memang masih mencari artikel yang menarik untuk dibahas. Dalam lingkup suatu lingkungan rumah kalian pasti tidak jauh dengan desas-desus bekerja di luar negeri atau lebih tepatnya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kenapa banyak orang memilih bekerja di luar negeri padahal di Indonesia masih banyak pekerjaan yang sesuai kemampuan masing-masing dan banyak usaha lainnya. Namun alasan yang saya dengar dari mereka adalah ada yang tertipu oleh promosi di sekitar lingkungan mereka. Ucapan memang tidak sesuai kenyataan, katanya bekerja di luar enak sesuai kemampuan yang dimiliki ternyata pekerjaan berat bisa dibilang seperti BABU. Nah, maka dari itu kali ini saya ingin membahas lebih lanjut mengenai hal ini dengan mengetahui bagaimana sih sejarah adanya TKI.

Mari kita mulai dari pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Sedangkan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar karena TKI sejatinya memang adalah kumpulan tenaga kerja unskilled yang merupakan program pemerintah untuk menekan angka pengangguran. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Dan berikut sejarah panjang mengenai TKI :

Jauh sebelum Pemerintah Republik Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri, Pemerintah Kerajaan Belanda sejak tahun 1890 s/d 1939 telah mengirimkan 32.956 orang TKI asal Pulau Jawa ke Suriname. Kedudukan Suriname dan Indonesia pada waktu itu, adalah sama-sama Negara Jajahan di bawah Pemerintah Kerajaan Belanda.

Maksud dan tujuan pengiriman TKI itu adalah untuk menambah kekurangan tenaga kerja dibeberapa perkebunan yang ada di Suriname. Kekurangan tenaga kerja itu sendiri adalah akibat dihapus dan dibebaskannya sistem perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863. Dampaknya, banyak perkebunan tidak terurus, sehingga terlantar. Perekonomian Suriname yang semula tergantung dari hasil perkebunan, turun drastis.

Pertimbangan lain dari Pemerintah Kerajaan Belanda yang mengirimkan TKI ke Suriname saat itu, adalah karena rendahnya perekonomian penduduk di pulau Jawa, yang disebabkan oleh bencana alam meletusnya gunung berapi dan padatnya jumlah penduduk. Akan tetapi menurut Dissertasi Prof. DR. Yusuf Ismaildi Universitas Leiden di Belanda tahun 1949 menyatakan: Bukan kelebihan penduduk yang menjadi alasan untuk beremigrasi ke Suriname, melainkan kemelaratan yang sangat, yang diderita penduduk dibeberapa daerah di Jawa pada satu fihak dan kepentingan perkebunan-perkebunan di Suriname pada lain fihak. Oleh karenanya, maka kebanyakan para TKI itu berasal dari Jawa Tengah, ada juga dari Jawa Timur dan yang paling sedikit dari Jawa Barat.
Sekilas tentang kegiatan pengiriman TKI ke Suriname.

Gelombang pertama pengiriman TKI itu diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada tanggal 21 Mei 1890dengan kapal SS Koningin Emma. Setelah singgah di Negeri Belanda, akhirnya kapal tiba di Suriname padatanggal 09 Agustus 1890. Oleh sebagian masyarakat Indonesia baik yang sekarang masih tinggal di Suriname maupun yang tinggal di Negeri Belanda, selalu mengenang dan memperingati tanggal 09 Agustus sebagai suatu tanggal yang sangat bersejarah.

TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang, terdiri dari 61 orang pria, 31 orang wanita dan 2 orang anak dan ditempatkan di perkebunan tebu dan pabrik gula Marienburg. TKI gelombang kedua sebanyak 582 orang, tiba di Suriname pada tanggal 16 Juni 1894 dengan kapal SS Voorwaarts. Karena muatan kapal kedua ini melebihi kapasitas, menyebabkan kapal tidak memenuhi syarat sebagai kapal angkut personil.

Akibatnya 64 orang penumpang kapal meninggal dunia dan 85 orang harus dirawat di rumah sakit, setelah kapal tiba di pelabuhan Paramaribo, Suriname. Kejadian yang menyedihkan ini tidak ada tanggapan dari Pemerintah Belanda, bahkan begitu saja dilupakan. Mungkin Pemerintah Kerajaan Belanda beranggapan bahwa yang meninggal itu hanya para pekerja miskin, sehingga tidak perlu ada tindakan apa-apa. Meskipun demikian, pengiriman tenaga kerja ini berjalan terus sepanjang tahun sampai dengan pengiriman terakhir sebanyak 990 orang yang tiba di Suriname pada tanggal 13 Desember 1939.

Dari tahun 1890 s/d 1914 rute pelayaran ke Suriname selalu singgah di Negeri Belanda, selebihnya tidak. Pengiriman para TKI itu menggunakan 77 buah kapal laut, dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran Swasta, De Nederlandsche Handel Maatschappij. Tetapi sejak tahun 1897 pengiriman TKI dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Ternyata program pengiriman TKI ke Suriname ini, telah mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Atas dasar itu maka pada bulan Nopember 1905 Pemerintah Kerajaan Belanda memindahkan 155 kepala keluarga (KK) asal Pulau Jawa (dari Keresidenan Kedu, yaitu dari Kabupaten Karanganyar, Kebumen dan Purworejo) ke daerah Gedong Tataan di Keresidenan Lampung, Sumatra Selatan Ini adalah awal mula Sejarah Transmigrasi di Indonesia pada jaman Belanda dengan nama Kolonisasi.
Lapangan kerja dan pengupahan.

Pada waktu itu di Suriname sudah ada tenaga kerja yaitu orang-orang Creole asal Afrika yang dibawa ke Suriname pada awal abad 16 sebagai budak belian. Kemudian datang orang-orang Tionghoa yang dibawa ke Suriname pada tahun 1853 dan orang-orang Hindustan asal Calcuta, India yang tiba di Suriname pada tanggal 04 Juni 1873. Orang-orang Creole asal Afrika yang tidak tahan bekerja sebagai budak, banyak yang melarikan diri kedalam hutan, sehingga ada Creole Kota dan Creole Hutan. Semula Creole Hutan ini disebut “Djoeka” tetapi sekarang mereka telah menamakan diri suku Marron dan jumlahnya menempati urut No.3 setelah orang-orang Creole dan Hindustan.

Sampai dengan tahun 1930 para TKI itu dipekerjakan di perkebunan tebu, cacao (coklat), kopi dan pertambangan bauxite di bawah Poenale Sanctie. Sesudah tahun itu mereka bekerja sebagai buruh merdeka, tetapi faktanya masih harus bekerja dengan syarat-syarat Poenale Sanctie.

Gaji yang diterima oleh pekerja laki-laki usia diatas 16 tahun sebesar 60 sen sehari dan pekerja wanita usia diatas 10 tahun sebesar 40 sen sehari. Berdasarkan perjanjian, para tenaga kerja itu harus bekerja (kontrak) selama 5 tahun. Dengan ketentuan, mereka harus bekerja selama 6 hari dalam satu minggu. Setiap hari harus bekerja selama 8 jam di perkebunan atau 10 jam di pabrik. Setelah masa kontrak berakhir, mereka diberi hak untuk pulang kembali ke Indonesia atas biaya Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1947 terjadi lagi gelombang Repatriasi berikutnya sekitar 700 orang, menggunakan kapal Tabian. Selebihnya memilih tetap tinggal di Suriname, walaupun hubungan kerja kontrak dengan para pemilik perkebunan sudah berakhir. Mereka yang memilih tetap tinggal di Suriname, dan tidak ingin pulang ke Indonesia, memperoleh pembagian sebidang tanah garapan serta menerima penggantian uang Repatrasi sebesar 100 gulden Suriname per orang. Pada masa kejayaan perkebunan tebu mulai merosot, banyak pekerja Indonesia yang beralih profesi menjadi pekerja pertambangan bauxit di Moengo, Paranam dan Biliton. Akibatnya beberapa daerah yang semula dikenal sebagai “district orang-orang Jawa” yang bertani dan bercocok tanam, antara lain di district Commewijne, Saramacca, Coronie dan Nickerie, terasa semakin berkurang.jumlahnya.

Selama Perang Dunia ke 2

Selama Perang Dunia 2, kondisi perekonomian masyarakat Suriname agak membaik. Ini berkat adanya lapangan kerja pada pembangunan Instalasi Militer Sekutu di Paramaribo dan sekitarnya yang berhasil menyerap banyak tenaga kerja. Tetapi, setelah Tentara Sekutu menghentikan pembangunan Instalasi militernya, kondisi perekonomian terutama “masyarakat bawah” kembali memprihatinkan.

Hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag, Suriname memperoleh status Pemerintahan Otonom, dimana hak dan kewajibannya disamakan dengan provinsi-provinsi yang di Negeri Belanda. Akibatnya di Suriname muncul partai politik. Pada tahun 1946 berdiri Partai Politik (Parpol) milik wong Jowo, PBIS(Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname) pimpinan Bapak Soediono Soeriwisastro, yang kemudian digantikan oleh Bapak Salikin Mardi Hardjo. Pada tahun 1947 berdiri Parpol wong Jowo lain, KTPI (Kaum Tani Persatuan Indonesia) pimpinan Bapak Iding Soeminta. Dampaknya, masyarakat Indonesia “pecah” menjadi dua kelompok yang berbeda pendapat dan saling bertentangan. Kecuali itu, karena adanya beberapa suku bangsa yang tinggal di Suriname, maka persaingan antar etnispun, tidak bisa dihindarkan. Posisi jabatan dalam Pemerintahan, banyak didominasi oleh orang-orang Creol.

Kondisi yang memprihatinkan ini menarik perhatian seorang sosiolog Indonesia, Prof. DR. Yusuf Ismael,yang pada bulan Maret 1951 mengadakan studi ke Suriname dan menulis sebuah buku yang diberi judul“Indonesia” pada pantai Lautan Atlantik. Dalam buku itu beliau mengupas tuntas tentang kedudukan ekonomi dan sosial kemasyarakatan orang-orang Indonesia di Suriname.

Dari penulisan buku itu pula, Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian terhadap nasib sekitar 40.000 orang Warga Negara Indonesia yang tinggal di Suriname dan membuka Kantor Komisariat di Paramaribo. Komisariat itu telah berkembang menjadi Konsulat Jenderal dan saat ini telah berubah menjadi Kedutaan Besar. Sebagai Komisaris RI yang pertama adalah Bapak Soedarto Hadinoto.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwasannya TKI yang dikirim ke luar negeri adalah membantu membangun perekonomian negara yang hampir anjlok. Maka dari itu mereka sering disebut sebagai “Pahlawan Devisa Negara” karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 triliun rupiah (2006) [1], tetapi dalam kenyataannya, TKI menjadi ajang pungli bagi para pejabat dan agen terkait. Bahkan di Bandara Soekarno-Hatta, mereka disediakan terminal tersendiri (terminal III) yang terpisah dari terminal penumpang umum. Pemisahan ini beralasan untuk melindungi TKI tetapi juga menyuburkan pungli, termasuk pungutan liar yang resmi seperti pungutan Rp.25.000,- berdasarkan Surat Menakertrans No 437.HK.33.2003, bagi TKI yang pulang melalui Terminal III wajib membayar uang jasa pelayanan Rp25.000. (saat ini pungutan ini sudah dilarang)
Pada 9 Maret 2007 kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri dialihkan menjadi tanggung jawab BNP2TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) Depnakertrans. Banggalah dan semangat dalam bekerja bagi kalian yang memang saat ini berada di luar negeri mencari nafkah untuk menghidupi keluarga di rumah.
Sekian dulu blog dari saya semoga bermanfaat dan apabila ada salah kata silahkan komentar di bawah. Terimakasih (^_-)

Friday, 27 September 2019

Inilah Pendiri Sekaligus Pemimpin China




Bagi kalian yang mungkin sedang berliburan, kuliah atau bekerja ke Negara Gajah Putih atau Taiwan pastinya akan bertanya-tanya bagaimana sih Negara Taiwan itu bisa berdiri dan siapa pula pendirinya. Nah kali ini saya akan membagikan ilmu seputar pendiri Taiwan sebagai berikut

Pendiri Taiwan adalah Chiang Kai Shek. Mari kita telisik biografinya sebagai berikut :
Chiang Kai-shek (31 Oktober 1887 - 5 April 1975) adalah seorang pemimpin politik dan militer Tiongkok abad ke-20. Dalam Bahasa Mandarin dia dikenal sebagai Jiang Jieshi (蒋介石) atau Jiang Zhongzheng (蒋中正). Chiang adalah seorang anggota berpengaruh di Partai Kuomintang (KMT), atau Partai Nasionalis. Ia juga merupakan sekutu dekat Sun Yat-sen. Ia menjadi Komandan Akademi Militer Whampoa milik partai Kuomintang, dan menggantikan Sun menjadi pemimpin KMT ketika Sun meninggal pada tahun 1925.

Pada tahun 1926, Chiang memimpin Ekspedisi Utara dalam misi penyatuan negara, serta menjadi pemimpin penting di Tiongkok. Dia menjabat sebagai Ketua Dewan Militer Nasional pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok (RC) pada tahun 1928-1948.

Chiang memimpin Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Pada saat itu kekuasaan pemerintah Nasionalis sangat lemah, namun ia semakin menonjol. Tidak seperti Sun Yat-sen, Chiang Kai-shek secara sosial berpaham konservatif. Ia mempromosikan budaya tradisional Tionghoa melalui Gerakan Hidup Baru dan menolak demokrasi Barat. Dia pun menolak sosialisme demokratis nasionalis yang didukung oleh Sun Yat Sen dan beberapa anggota untuk menuju terbentuknya pemerintahan otoriter nasionalis.



Presiden Republik Tiongkok ke-1 dan ke-5 (Konstitusi 1947)
Masa jabatan 20 Mei 1948 – 5 April 1975
Wakil Presiden Li Tsung-jen (1948–1954)
                            Chen Cheng (1954–1965)
                            Yen Chia-kan (1966–1975)
Pengganti          Yen Chia-kan

Ketua Pemerintah Nasional Tiongkok
Masa jabatan 10 Oktober 1928 – 15 Desember 1931
Perdana Menteri  Tan Yankai, Soong Tse-ven
Pendahulu              Gu Weijun (Pejabat)
Pengganti                Lin Sen
Masa jabatan
1 Agustus 1943 – 20 Mei 1948
Pejabat sampai 10 Oktober 1943
Perdana Menteri   Soong Tse-ven
Pendahulu              Lin Sen
Pengganti                Diri (sebagai Presiden Republik China)

Ketua Nasional Dewan Militer
Masa jabatan
15 Desember 1931 – 31 Mei 1946
Pendahulu     Posisi didirikan
Pengganti       Posisi dihapuskan
Masa jabatan 1 Maret 1950 – 5 April 1975
Perdana Menteri Yen Hsi-shan, Chen Cheng, Yu Hung-Chun, Chen Cheng, Yen Chia-kan, Chiang Ching-kuo
Wakil Presiden     Li Zongren, Chen Cheng, Yen Chia-kan
Pendahulu            Li Zongren (Pejabat)
Pengganti              Yen Chia-kan
Perdana Menteri Republik China
Masa jabatan
4 Desember 1930 – 15 Desember, 1931
Pendahulu        Soong Tse-ven
Pengganti          Chen Mingshu
Masa jabatan
9 Desember 1935 – 1 Januari 1938
Presiden     Lin Sen
Pendahulu  Wang Jingwei
Pengganti    Hsiang-hsi Kung
Masa jabatan
20 November 1939 – 31 Mei 1945
Presiden  Lin Sen
Pendahulu Hsiang-hsi Kung
Pengganti   Soong Tse-ven
Masa jabatan
1 Maret 1947 – 18 April 1947
Pendahulu   Soong Tse-ven
Pengganti   Chang Chun
Direktur-Jenderal Kuomintang ke-1 dan 3
Masa jabatan
29 Maret 1938 – 5 April 1975
Pendahulu  Hu Hanmin
Pengganti  Chiang Ching-kuo (sebagai Ketua Kuomintang)
Informasi pribadi
Lahir                       31 Oktober 1887 Fenghua, Chekiang, Tiongkok
Meninggal dunia 5 April 1975 (umur 87) Taipei, Taiwan
Kebangsaan   Republik Tiongkok
Partai politik  Kuomintang
Pasangan         Mao Fumei, Yao Yecheng, Chen Jieru, Soong May-ling
Anak               Chiang Ching-kuo dan Chiang Wei-kuo
Alma mater   Imperial Japanese Army Academy
Pekerjaan     Prajurit (Generalissimo), Politikus

Sun Yat Sen, pendahulu Chiang, sangat disukai dan dihormati oleh kelompok komunis. Setelah Sun Yat Sen wafat, Chiang Kai Sek tidak mampu menjaga hubungan baik dengan Partai Komunis Tiongkok. Perpecahan besar antara kelompok Nasionalis dengan Komunis terjadi pada tahun 1927. Di bawah kepemimpinan Chiang, kelompok nasionalis mengobarkan perang saudara melawan Komunis. Setelah Jepang menyerang Tiongkok pada tahun 1937, Ching menyetujui gencatan senjata sementara dengan partai Komunis. hingga Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945, baik Partai Komunis maupun Partai Kouomintang tidak saling mempercayai maupun aktif bekerja sama. Perang saudara kembali berlanjut setelah upaya negosiasi untuk membentuk pemerintahan koalisi pada tahun 1946 mengalami kegagalan.

Pada tahun 1949 kelompok Komunis mengalahkan kelompok Nasionalis, memaksa pemerintah Chiang mundur ke Taiwan, di mana Chiang dikenakan Darurat militer dan orang-orang teraniaya kritis pemerintahannya dalam periode yang dikenal sebagai "Teror Putih". Setelah mengevakuasi ke Taiwan, pemerintahan Chiang terus menyatakan niatnya untuk merebut kembali daratan Tiongkok. Chiang memerintah pulau aman sebagai Presiden Republik Tiongkok dan Jenderal Kuomintang sampai kematiannya pada tahun 1975. Dia memerintah daratan Tiongkok selama 22 tahun, dan Taiwan selama 26 tahun.

Sekian dulu blog dari saya maaf bila ada salah kata apabila ada kekurangan silahkan kasih komentar di kolom komentar. Have A Nice ^_^

Wednesday, 25 September 2019

Penjelasan Kitab Ramayana



Siapa sih yang gak pernah denger atau tau tentang Ramayana pasti banyak di kalangan masyarakat mengenal cerita itu sedikit demi sedikit entah dari literatur yang beredar, wayang, dan media lainnya.

Namun karena kali ini saya ingin mempelajari lebih jauh apa sih itu Kitab Ramayana dan di dalamnya terdapat cerita yang bagaimana? Mari kita cari definisi kata Ramayana itu sebagai berikut.

Definisi Ramayana

Kata Ramayana berasal dari bahasa Sanskeṛta yaitu dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti “Perjalanan Rāmā”, adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Valmiki  (Valmiki) atau Balmiki. Rāmāyana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Rāmāyana. Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rāmā yang isinya berbeda dengan kakawin Rāmāyana dalam bahasa Jawa kuna. Di India dalam bahasa Sanskeṛta, Rāmāyana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda yaitu; Bālakānda, Ayodhyākāṇḍa, Āraṇyakāṇḍa, Kiṣkindhakāṇḍa, Sundarakāṇḍa, Yuddhakāṇḍa, dan Uttarakāṇḍa. Bālakānda atau kitab pertama Rāmāyana menceritakan sang Daśaratha yang menjadi Raja di Ayodhyā. Sang raja ini mempunyai tiga istri yaitu: Dewi Kauśalyā, Dewi Kaikeyī dan Dewi Sumitrā. Dewi Kauśalyā berputrakan Sang Rāmā, Dewi Kaikeyī berputrakan sang Barata, lalu Dewi Sumitrā berputrakan sang Lakṣamaṇa dan sang Satrugṇa.

Nah, kira-kira seperti itulah intinya selanjutnya mari kita cari tau isi kitab Ramayana itu sendiri ya mungkin kali ini agak panjang ceritanya karena memang ya yang namanya kita itu tebel pasti banyak  cerita yang terselip di dalamnya. Tapi saya akan mencoba untuk meringkasnya.

1. Bālakānda atau kitab pertama Rāmāyana menceritakan sang Daśaratha yang menjadi Raja di Ayodhyā. Sang raja ini mempunyai tiga istri yaitu: Dewi Kauśalyā, Dewi Kaikeyī  dan Dewi Sumitrā. Dewi Kauśalyā berputrakan Sang Rāmā, Dewi Kaikeyī berputrakan sang Barata, lalu Dewi Sumitrā berputrakan sang Lakṣamaṇa dan sang Satrugṇa.

2. Ayodhyākāṇḍa merupakam kitab kedua Ramayana yang menceritakan tentang kehidupannya selama di ibu kota Kosala yaitu Ayodhyā.

3. Aranyakanda adalah kitab ketiga Ramayana dalam kitab ini diceritakanlah bagaimana sang Rāmā dan Lakṣamaṇa membantu para tapa di sebuah asrama mengusir sekalian raksasa yang datang mengganggu.

4. Kiskindhakanda adalah kitab keempat Ramayana dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Rāmā amat berduka cita akan hilangnya Dewi Sītā. Lalu bersama Lakṣamaṇa ia menyusup ke hutan belantara dan sampai di gunung Ṛsīmuka. Maka di sana berkelahilah sang kera Subali melawan Sugrivā memperebutkan dewi Tara. Sang Sugrivā kalah lalu mengutus abdinya sang Hanumān meminta tolong kepada Śrī Rāmā untuk membunuh Bali, Rāmā setuju dan si Bali mati.

5. Sundarakāṇḍa adalah kitab kelima Ramayana dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Hanumān datang ke Alengkapura mencari tahu akan keadaan Dewi Sītā dan membakar kota Alengkapura karena iseng. Inti dari kisah Rāmāyana adalah penculikan Sītā oleh Rāvaṇa raja Kerajaan Alengka yang ingin mengawininya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rāmā yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda.

6. Yuddhakāṇḍa adalah kitab keenam Ramayana dan sekaligus klimaks. Dalam kitab ini diceritakan sang Rāmā dan sang raja kera Sugrivā mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan Alengkapura. Karena Alengka ini terletak pada sebuah pulau, sulitlah bagaimana mereka harus menyerang. Maka mereka bersiasat dan akhirnya memutuskan membuat jembatan bendungan (situbanda) dari daratan ke pulau Alengka. Para bala tentara kera dikerahkan. Pada saat pembangunan jembatan ini mereka banyak diganggu tetapi akhirnya selesai dan Alengkapura dapat diserang. Syahdan terjadilah perang besar. Para raksasa banyak yang mati dan prabu Rāvaṇa gugur di tangan Śrī Rāmā.

7. Uttarakāṇḍa adalah kitab ketujuh Ramayana menceritakan kisah pembuangan Dewi Sītā karena Sang Rāmā mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sītā. Kemudian Dewi Sītā tinggal di pertapaan Ṛsī Valmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rāmā pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Rāmāyana yang digubah oleh Ṛsī Valmiki. Uttarakanda adalah kitab ke-7 Rāmāyana. Diperkirakan kitab ini merupakan tambahan. Kitab Uttarakanda dalam bentuk prosa ditemukan pula dalam bahasa Jawa Kuna. Isinya tidak diketemukan dalam Kakawin Rāmāyana. Di permulaan versi Jawa Kuna ini ada referensi merujuk ke prabu Dharmawangsa Teguh.

Dan itulah inti dari ketujuh kitab Ramayana yang kesemuanya hampir mencakup kehidupan sang Rama yang terjadi selama di Ayodhya. Jangan lupa dari ketujuh kitab ada kisah bahagia di bagian kitab terakhir atau tambahan Uttarakanda yang menceritakan bahwasannya Setelah Rāvaṇa berhasil dikalahkan, Rāmā, Lakṣmana dan Sītā beserta para wanara pergi ke Ayodhyā. Di sana mereka disambut oleh Bharata dan Kaikeyī. Lakṣmana hendak dianugerahi Yuwaraja oleh Rāmā, namun ia menolak karena merasa Bharata lebih pantas menerimanya dibandingkan dirinya, sebab Bharata memerintah Ayodhyā dengan baik dan bijaksana selama Rāmā dan Lakṣmana tinggal di hutan.

Setelah pertempuran besar melawan Rāvaṇa berakhir, Rāmā juga hendak memberikan hadiah untuk Hanumān. Namun Hanumān menolak karena ia hanya ingin agar Śrī Rāmā bersemayam di dalam hatinya. Rāmā mengerti maksud Hanumān dan bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanumān pergi bermeditasi di puncak gunung mendo’akan keselamatan dunia. Setelah pulang ke Ayodhyā, Rāmā, Sītā, dan Lakṣmana disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rāmā sebagai raja. Dalam pemerintahan Rāmā terdengar desas-desus di kalangan rakyat jelata yang meragukan kesucian Sītā di dalam istana Rāvaṇa. Rāmā merasa tertekan mendengar suara sumbang tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk membuang Sītā yang sedang mengandung ke dalam hutan. Dalam pembuangannya itu, Sītā ditolong seorang Ṛsī bernama Valmiki dan diberi tempat tinggal.

Beberapa waktu kemudian, Sītā melahirkan sepasang anak kembar diberi nama Lawa dan Kusa. Keduanya dibesarkan dalam asrama Ṛsī Valmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Rāmācandra, ayah mereka. Suatu ketika Rāmā mengadakan upacara Aswamedha. Ia melihat dua pemuda kembar muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah yang menceritakan tentang kisah perjalanan dirinya dahulu.

Rāmā pun menyadari kalau kedua pemuda yang tersebut yang tidak lain adalah Lawa dan Kusa merupakan anak-anaknya sendiri. Atas permintaan Rāmā melalui Lawa dan Kusa, Sītā pun dibawa kembali ke Ayodhyā. Namun masih saja terdengar desas-desus kalau kedua anak kembar tersebut bukan anak kandung Rāmā. Mendengar hal itu, Sītā pun bersumpah jika ia pernah berselingkuh maka bumi tidak akan sudi menerimanya. Tiba-tiba bumi pun terbelah. Dewi Pertiwi muncul dan membawa Sītā masuk ke dalam tanah. Menyaksikan hal itu Rāmā sangat sedih. Ia pun menyerahkan takhta Ayodhyā dan setelah itu bertapa di Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.

Sekian dulu blog daei saya maaf bila ada salah kata silahkan berikan kritik dan saran Anda di kolom komentar di bawah blogsite ini. Terimakasih Sudah mengunjungi blog saya. Have A Nice Day ^_^