Tuesday, 12 November 2019

Sejarah Musik Lengkap



Salam Sejahtera semua, kalian pasti pernah mendengar berbagai musik kan. Semua orang di dunia tidak terkecuali banyak yang lebih suka mendengarkan musik ada yang sekedar untuk hiburan semata, seni, dan lain sebagainya. Tapi apakah kalian tau dari mana kah asal muasal musik yang sering kalian dengar pasti penasaran kan?? Oke tanpa banyak basa basi mari kita bahas.

Pengertian Musik

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada, dan keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.

Sejarah Awal Musik

Musik dikenal sejak kehadiran manusia modern Homo sapiens yakni sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Tidak ada yang tahu kapan manusia mula mengenal seni dan musik. Dari penemuan arkeologi pada lokasi-lokasi seperti pada benua Afrika, sekitar 180.000 tahun hingga 100.000 tahun lalu telah ada perubahan evolusi pada otak manusia. Dengan otak yang lebih pintar dari hewan, manusia merancang pemburuan yang lebih terarah sehingga bisa memburu hewan yang besar. Dengan kemampuan otak seperti ini, manusia bisa berpikir lebih jauh hingga di luar nalar dan menggunakan imajinasi dan spiritual. Bahasa untuk berkomunikasi telah terbentuk di antara manusia. Dari bahasa dan ucapan sederhana untuk tanda bahaya dan memberikan nama-nama hewan, perlahan-lahan beberapa kosakata muncul untuk menamakan benda dan memberikan nama panggilan untuk seseorang.

Dalam kehidupan yang berpindah-pindah, manusia purba mungkin mendapat inspirasi untuk mengambil tulang kaki kering hewan buruan yang menjadi makanannya dan kemudian meniupnya dan mengeluarkan bunyi. Ada juga yang mendapat inspirasi ketika memperhatikan alam dengan meniup rongga kayu atau bambu yang mengeluarkan bunyi. Kayu dibentuk lubang tiup dan menjadi suling purba.

Manusia menyatakan perasaan takut dan gembira dengan menggunakan suara-suara. Bermain-main dengan suara menciptakan lagu, hymne, atau syair nyanyian kecil yang diinspirasikan oleh kicauan burung. Kayu-kayu dan batuan keras dipukul untuk mengeluarkan bunyi dan irama yang mengasyikkan. Mungkin secara tidak sengaja manusia telah mengetuk batang pohon yang berongga di dalamnya dengan batang kayu yang mengeluarkan bunyi yang keras. Kulit binatang yang digunakan sebagai pakaian diletakkan sebagai penutup rongga kayu yang besar sehingga terciptalah sebuah gendang.

Teori pra sejarah musik hanya didasarkan pada temuan situs arkeologi paleolitik. Seruling merupakan alat musik yang banyak ditumakan pada zaman pra sejarah, yang salah satunya berbentuk seperti shakuhachi yang berasal dari Jepang. Ada seruling Divje Babe yang terbuat dari tulang paha beruang gua, yang diperkirakan sudah digunakan sekitar 40.000 tahun yang lalu. Berbagai jenis seruling dan alat musik yang terbuat dawai atau senar telah ada sejak zaman.

Peradaban Lembah Sungai Indus, India, yang memiliki salah satu tradisi musik tertua di dunia yang berasal dari kitab Weda. Penemuan terbesar dan tertua dari alat musik pra sejarah berlokasi di Cina, yang bisa dilacak balik ke antara 7000 dan 6600 SM. Lagu-lagu Hurri adalah kumpulan musik tertulis dalam tulisan kuno yang digali dari Hurrian di kota Ugarit yang diperkirakan telah ada sekitar 1400 SM.

Musik Zaman Kuno

1. Musik Mesir (mulai tahun 2000 SM)

Sejarah musik beserta alat-alat musik bangsa Mesir diketahui berkat adanya monumen-monumen berupa prasasti seperti harpa-harpa dalam bentuk bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, lyra, gitar, mandoling dan seruling tunggal maupun ganda. Pada makam-makam yang megah tertulis pada dindingnya riwayat kehidupan rumah tangga bangsa Mesir dan dari situ kita melihat bahwa seni musik mengambil peranan besar dalam mengiringi kebaktian seperti tari-tarian, ratapan pada kematian dan juga jamuan-jamuan makan.

2. Musik Yunani (mulai tahun 1100 SM)

Apa yang kita sebut bangsa Yunani dan bangsa yang menyebut dirinya Hellas, adalah bangsa yang sebagian besar berasal daru Indo-German. Hellas adalah putra dari Raja Phityea di Thessalia yang jadi mitos nenek moyang suku Hellas.
Masa Mistis (sebelum 110 SM)
Seperti Bangsa-Bangsa Kuno yang lain, meyakini bahwa seni berasal langsung dari dewa-dewa. Dewa dan Pelindung kesenian adalah Apollo, yang ketika lahir merobek kain kain lampin yang bersulakan emas dan kemudian dibalutkan padanya oleh Dewa-Dewi kahyangan dan berteriak: “citara itu akan dipersembahkan padaku dan saya akan mengumumkan kemauan yang tak terpatahkan dari Zeus”.

Kepahlawanannya yang pertama adalah mengalahkan python yaitu seekor naga yang datang dari kegelapan. Karenanya madah Yunani terkait dengan kejadian itu, dan di kota delphi kesenian Pythis dirayakan dengan nyanyian dan permainan musik dengan alat musik berdawai.

3. Musik Arab dan bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam

Masa prasejarah (3000-1000 SM)

Sumber pertama dalam musik Arab terdapat pada prasasti Asyria dari abad 7 SM. Arab memiliki peranan penting dalam musik terutama bagi daerah Mesir dan Mesopotamia. Hal ini terjadi karena Arab berdagang sejak dulu, maka arab berkontak dengan bangsa-bangsa sekitarnya, termasuk berdagang dengan orang Mesopotamia, Yahudi kemudian Yunani. Pegaruh timbal balik nampak kemudian pada nama alat musik Arab yang dipakai di lain tempat dengan nama berbeda-beda, semisal gendang yang bernama tabl dalam bahasa tibrani disebut tibela. Sebelum lahir agama Islam nampaknya orag Arab memakai musik juga untuk agama animis, sama seperti kebudayaan sekitarnya. Dewa Dhu’l-Shara dihormati dengan madah-madah; dukun (sha’ir) melalui musik dapat memanggil roh (Jinn), dsb.

Sebelum agama Islam (abad 1-7 M)

Raja-raja di Arab Selatan memang mendukungmusik dan sastra; maka hingga sekarang orang Arab Utara memandang daerah Yemen Selatan sebagai tempat lahirnyamusik Arab yang sebenarnya.Namun kerajaan Arab Selatan jatuh (berkaitan dengan jatuhnya Mesopotamia) maka terjadilah transmigrasi dari Selatan ke Utara pada abad 2. Dengan demikian berkembanglah musik pada tiga pusat: Syria, Mesopotamia, dan daerah Arab Barat.[3]

4. Musik Islam dan sekolah klasik musik Arab (abad 7-9 M)

Nabi Muhammad (571-632) tdak hanya lahir di Mekkah tetapi juga mewartakan agama Islam pertama-tama disini. Dapat diketahui bahwa dia senang dengan musik dan sekaligus melawan musik. Artinya demi kepentingan agama dia membeda-bedakan musik mana bertentangan dengan agama dan mana tidak. Dengan berkembangnya agama Islam musik duniawi mula-mula mundur. Dibawah kalifah-kalifah pertama (632-661) terdapat banyak tulisan melawan quina (gadis penyanyi). Namun kemudian musik duniawi mendapat dukungan baru oleh kalifah-kalifah Ummayah (661-750). Ciri khas musik duniawi yang paling menonjol waktu itu adalah nyanyi tunggal dengan iringan lute.

5. Musik Cina (mulai tahun 2000 SM)

Bangsa Tiongkok menceritakan asal mula susunan nada mereka pada tahun 2700 S.M., pada masa pemerintahan Kaisar Hoang Ty yang menunjuk seseorang yang bernama Ling-Lun untuk membuat peraturan serta menentukan dasar dari ilmu olah nada atau seni dengan nada-nada. Ling-Lun mengemban tugas tersebut pergi ke daerah Sing Yung, dekat mata air sungai Hoang-Ho, dimana terdapat sebuah gunung dan berhutan kayu serta bambu yang lebat. Di Hutan tersebut Ling-Lun mendapatkan gagasan untuk membuat pipa-pipa seruling dari ranting bambu degan berbagai macam ukuran, dan di dalam Hutan tersebut terdapat sepasang burung ajaib yang bernama Fung-Hoang.

Burung jantan yang disebut Fung menyanyikan enam nada dan Burung Betina yang disebut Hoang menyanyikan enam nada yang lainnya dan berpadu menjadi kesatuan nada yang disebut “nada jantan” dan “nada betina”, atau lebih dikenal dengan “nada-setengah”. Kemudian Ling-Lun menirukan nada burung yang didengarnya tersebut dengan serulingnya sehingga timbul nada yang terendah, F, yang diberi nama Kung atau “nada besar”.
“Nada besar” ini kemudian bernama Istana Kaisar dan seruling yang membawakan nada tersebut dibuatnya dengan ranting bambu dengan nama Hoang-Tschung yang memiliki arti Jam Kuning. Nada tersebut adalah nada yang dikeluarkan oleh burung ajaib Fung Hoang, maka Ling-Lun menetapkan nada tersebut sebagai nada-purba atau nada permulaan. Dengan penemuan ini Ling-Lun kembali ke istana untuk menentukan nada yang tepat, ia menuangkan semacam biji gandum berwarna hitam yang disebut dengan Chou, kedalam seruling bambu untuk mengetahui nada dasar yang diinginkan. Bangsa Tiongkok telah mengetahui cara mengukur interval nada dengan menggunakan pengaruh gabungan antara mitos dan perhitungan matematis, menurut keterangan oleh Amiot dalam bukunya “Memoire sur la Musique des Chinois”.

7. Musik India (mulai tahun 1500 SM)

Bangsa India kuno menganggap bahwa musiknya berasal dari Dewa-dewanya. Saraswati, isteri dari brahma, menganugerahkan kepada umat manusia, yaitu disebut: Vina. Maka dari itu Saraswati dianggap sebagai pelindung dari seni-suara (seni-musik). Di dalam kitab Veda, buku suci dari penganut Brahma, tepatnya dalam rigveda (1500 SM) terdapat hymne-hymne yang termasuk dalam bidang seni musik.
Para Brahmana menyimpan banyak naskah nyanyian kuno yang mempunyai kekuatan gaib. Beberapa lagu dianggapnya dapat membuat mukujijat-mukjijat besar, seperti memaksa manusia atau hewan untuk bergerak menurut apa yang dikehendaki oleh penyanyi. Tangga nada yang tertua yang terdapat pada bangsa india mirip dengan tangga nada kuno di cina yang terdiri dari 5 tingkat. Dengan demikian terbuktilah bahwa di antara kedua bangsa tersebut ada hubungan yang dekat sejak jaman kuno. Seperti pada bangsa Cina, tangga nada india lama-kelamaan berubah juga menjadi tangga-nada dengan 7 tingkat.

 Di dalam kitab suci Narayan terkandung sebuah teori musik dalam bentuk syair. (seperti juga Felix Drusche yang menulis karyanya dalam bentuk syair). Irama lagu india adalah sangat berubah-ubah, disebabkan oleh besarnya atau banyaknya corak bait syair-syair Hindu. Alat musik india adalah Vina, yaitu alat musik petik india. Alat itu mempunyai 7 dawai dengan jangkauan nada yang lebih luas dari 2 oktaf. Usia dari alat ini dikenal dari dongeng bahwa alat ini ditemukan oleh Saraswati, dewi seni india, dan adalah alat yang paling disukai oleh dunia yang beradab.

Alat kedua yang berdawai adalah Magaudi, yang berbentuk gitar; kemungkinan besar berasal dari Arab. Pawang-pawang ular India menggunakan alat ini dengan 4 dawai, yang biasa untuk “menyihir” ular. Adapun alat tiup yang sudah di kenal bangsa India seperti seruling-tunggal dan seruling ganda. Terdapat juga alat gesek, sejenis biola yang namanya Serinda juga digunakan dalam seni musik India.

6. Musik Jepang (mulai tahun 600 SM)

Pada tahun 54 M, Raja Dairi dari bangsa Jepang yang masih abudaya mengirim utusan untuk mempersembahkan hadiah atau bulubekti kepada kaisar Cina dan karena hbungan seperti ini, mengalirlah kebudayaan kuno dari Cina itu ke negeri Jepang. Watak kedua bangsa tersebut sangat berbeda. Bangsa Jepang lebih bersungguh-sungguh dan tekun. Namun musik pada bangsa Jepang masih sekeluarga dengan musik bangsa Cina. Bangsa Jepang memiliki macam-macam alat musik tiup, yang ditiup lurus maupun miring/silang. Selain itu Jepang juga memiliki alat musik berdawai seperti mandolin (luit), Shamisen, Kokin, dan Biwa. Jepang juga memiliki kekayaan akan alat musik pukul (perkusi) yang tidak kalah dengan Cina. Alat musik tersebut antara lain: kendang/tifa, pauka, tambur genta, dan keprak-kayu. Para olah musik di Jepang tidaklah terpandang. Mereka masuk golongan yang rendah walaupun tidak terendeh. Sebaliknya seni musik Jepang adalah seni yang mendapat tempat di negerinya dan sebagai seni yang berharga/terhormat.

7. Musik Indonesia

Zaman prasejarah (sebelum abad 1 M)
1. Imigrasi Pra-Melayu pada tahun 2500-1500 SM terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan ladang. Terutama di Annam (Cina Selatan) Mereka mengembangkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut-menyahut.

2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman Perunggu (abad 4 SM) pada sekitar abad ke 4 SM dri daerah Cina Selatan bernama Annam. Tangga nada pelog ikut dibawah ke Indonesia oleh kelompok Proto-Melayu. Alat musik yang dibawah adalah Gong-gong dan ditemukan di pulau Jawa.

Musik Monofon (Gregorian)
Istilah ‘monofon’ berasal dari dua kata, yaitu monos (berarti tunggal – bhs Yunani), dan phooneoo berarti berbunyi. Sehingga istilah ‘musik monofon’ ialah suatu jenis musik yang terdiri dari satu suara saja, tanpa iringan apapun juga. Kalimat “tanpa iringan apapun juga” benar-benar perlu dicantumkan agar monofoni ini dapat dibedakan dari monodi.
Menurut para pakar musik, musik Abad Pertengahan merupakan puncak kesempurnaan artistik musik monofon atau disebut musik Gregorian. Istilah musik Gregorian ini baru dipakai oleh Sri Paus Leo (847-885) dalam suatu surat kepada pemimpin biara, Abas Honoratus yang menyebutkan carmen Gregorianum(nyanyian Gregorian). Nyanyian ini sebenarnya sudah ada sebelum Paus Gregorian meninggal pada tahun 604 dan dipengaruhi secara khusus oleh Paus tersebut. Macam-macam tulisan tentang musik Gregorian juga harus hati-hati untuk dibaca karena banyak versi seperti karangan Auguste Gevaert (1828-1908), seorang musikolog, komponis, dirigen asal Belgia, yang sangat menekankan pengaruh musik Yunani dalam pembentukan lagu Gregorian.

Sekian dulu blog dari saya maaf kalau ada salah kata silahkan komentar di bawah kalau ada kekurangan atau follow akun saya di Hubungi Kami. Terimakasih (^_-)

Wednesday, 6 November 2019

Sejarah TKI (Tenaga Kerja Indonesia)



Lama saya tidak menulis di blog saya yang satu ini karena memang masih mencari artikel yang menarik untuk dibahas. Dalam lingkup suatu lingkungan rumah kalian pasti tidak jauh dengan desas-desus bekerja di luar negeri atau lebih tepatnya menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kenapa banyak orang memilih bekerja di luar negeri padahal di Indonesia masih banyak pekerjaan yang sesuai kemampuan masing-masing dan banyak usaha lainnya. Namun alasan yang saya dengar dari mereka adalah ada yang tertipu oleh promosi di sekitar lingkungan mereka. Ucapan memang tidak sesuai kenyataan, katanya bekerja di luar enak sesuai kemampuan yang dimiliki ternyata pekerjaan berat bisa dibilang seperti BABU. Nah, maka dari itu kali ini saya ingin membahas lebih lanjut mengenai hal ini dengan mengetahui bagaimana sih sejarah adanya TKI.

Mari kita mulai dari pengertian tenaga kerja secara umum adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Sedangkan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar karena TKI sejatinya memang adalah kumpulan tenaga kerja unskilled yang merupakan program pemerintah untuk menekan angka pengangguran. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).

Dan berikut sejarah panjang mengenai TKI :

Jauh sebelum Pemerintah Republik Indonesia mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri, Pemerintah Kerajaan Belanda sejak tahun 1890 s/d 1939 telah mengirimkan 32.956 orang TKI asal Pulau Jawa ke Suriname. Kedudukan Suriname dan Indonesia pada waktu itu, adalah sama-sama Negara Jajahan di bawah Pemerintah Kerajaan Belanda.

Maksud dan tujuan pengiriman TKI itu adalah untuk menambah kekurangan tenaga kerja dibeberapa perkebunan yang ada di Suriname. Kekurangan tenaga kerja itu sendiri adalah akibat dihapus dan dibebaskannya sistem perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863. Dampaknya, banyak perkebunan tidak terurus, sehingga terlantar. Perekonomian Suriname yang semula tergantung dari hasil perkebunan, turun drastis.

Pertimbangan lain dari Pemerintah Kerajaan Belanda yang mengirimkan TKI ke Suriname saat itu, adalah karena rendahnya perekonomian penduduk di pulau Jawa, yang disebabkan oleh bencana alam meletusnya gunung berapi dan padatnya jumlah penduduk. Akan tetapi menurut Dissertasi Prof. DR. Yusuf Ismaildi Universitas Leiden di Belanda tahun 1949 menyatakan: Bukan kelebihan penduduk yang menjadi alasan untuk beremigrasi ke Suriname, melainkan kemelaratan yang sangat, yang diderita penduduk dibeberapa daerah di Jawa pada satu fihak dan kepentingan perkebunan-perkebunan di Suriname pada lain fihak. Oleh karenanya, maka kebanyakan para TKI itu berasal dari Jawa Tengah, ada juga dari Jawa Timur dan yang paling sedikit dari Jawa Barat.
Sekilas tentang kegiatan pengiriman TKI ke Suriname.

Gelombang pertama pengiriman TKI itu diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada tanggal 21 Mei 1890dengan kapal SS Koningin Emma. Setelah singgah di Negeri Belanda, akhirnya kapal tiba di Suriname padatanggal 09 Agustus 1890. Oleh sebagian masyarakat Indonesia baik yang sekarang masih tinggal di Suriname maupun yang tinggal di Negeri Belanda, selalu mengenang dan memperingati tanggal 09 Agustus sebagai suatu tanggal yang sangat bersejarah.

TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang, terdiri dari 61 orang pria, 31 orang wanita dan 2 orang anak dan ditempatkan di perkebunan tebu dan pabrik gula Marienburg. TKI gelombang kedua sebanyak 582 orang, tiba di Suriname pada tanggal 16 Juni 1894 dengan kapal SS Voorwaarts. Karena muatan kapal kedua ini melebihi kapasitas, menyebabkan kapal tidak memenuhi syarat sebagai kapal angkut personil.

Akibatnya 64 orang penumpang kapal meninggal dunia dan 85 orang harus dirawat di rumah sakit, setelah kapal tiba di pelabuhan Paramaribo, Suriname. Kejadian yang menyedihkan ini tidak ada tanggapan dari Pemerintah Belanda, bahkan begitu saja dilupakan. Mungkin Pemerintah Kerajaan Belanda beranggapan bahwa yang meninggal itu hanya para pekerja miskin, sehingga tidak perlu ada tindakan apa-apa. Meskipun demikian, pengiriman tenaga kerja ini berjalan terus sepanjang tahun sampai dengan pengiriman terakhir sebanyak 990 orang yang tiba di Suriname pada tanggal 13 Desember 1939.

Dari tahun 1890 s/d 1914 rute pelayaran ke Suriname selalu singgah di Negeri Belanda, selebihnya tidak. Pengiriman para TKI itu menggunakan 77 buah kapal laut, dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran Swasta, De Nederlandsche Handel Maatschappij. Tetapi sejak tahun 1897 pengiriman TKI dilaksanakan sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Ternyata program pengiriman TKI ke Suriname ini, telah mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Atas dasar itu maka pada bulan Nopember 1905 Pemerintah Kerajaan Belanda memindahkan 155 kepala keluarga (KK) asal Pulau Jawa (dari Keresidenan Kedu, yaitu dari Kabupaten Karanganyar, Kebumen dan Purworejo) ke daerah Gedong Tataan di Keresidenan Lampung, Sumatra Selatan Ini adalah awal mula Sejarah Transmigrasi di Indonesia pada jaman Belanda dengan nama Kolonisasi.
Lapangan kerja dan pengupahan.

Pada waktu itu di Suriname sudah ada tenaga kerja yaitu orang-orang Creole asal Afrika yang dibawa ke Suriname pada awal abad 16 sebagai budak belian. Kemudian datang orang-orang Tionghoa yang dibawa ke Suriname pada tahun 1853 dan orang-orang Hindustan asal Calcuta, India yang tiba di Suriname pada tanggal 04 Juni 1873. Orang-orang Creole asal Afrika yang tidak tahan bekerja sebagai budak, banyak yang melarikan diri kedalam hutan, sehingga ada Creole Kota dan Creole Hutan. Semula Creole Hutan ini disebut “Djoeka” tetapi sekarang mereka telah menamakan diri suku Marron dan jumlahnya menempati urut No.3 setelah orang-orang Creole dan Hindustan.

Sampai dengan tahun 1930 para TKI itu dipekerjakan di perkebunan tebu, cacao (coklat), kopi dan pertambangan bauxite di bawah Poenale Sanctie. Sesudah tahun itu mereka bekerja sebagai buruh merdeka, tetapi faktanya masih harus bekerja dengan syarat-syarat Poenale Sanctie.

Gaji yang diterima oleh pekerja laki-laki usia diatas 16 tahun sebesar 60 sen sehari dan pekerja wanita usia diatas 10 tahun sebesar 40 sen sehari. Berdasarkan perjanjian, para tenaga kerja itu harus bekerja (kontrak) selama 5 tahun. Dengan ketentuan, mereka harus bekerja selama 6 hari dalam satu minggu. Setiap hari harus bekerja selama 8 jam di perkebunan atau 10 jam di pabrik. Setelah masa kontrak berakhir, mereka diberi hak untuk pulang kembali ke Indonesia atas biaya Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1947 terjadi lagi gelombang Repatriasi berikutnya sekitar 700 orang, menggunakan kapal Tabian. Selebihnya memilih tetap tinggal di Suriname, walaupun hubungan kerja kontrak dengan para pemilik perkebunan sudah berakhir. Mereka yang memilih tetap tinggal di Suriname, dan tidak ingin pulang ke Indonesia, memperoleh pembagian sebidang tanah garapan serta menerima penggantian uang Repatrasi sebesar 100 gulden Suriname per orang. Pada masa kejayaan perkebunan tebu mulai merosot, banyak pekerja Indonesia yang beralih profesi menjadi pekerja pertambangan bauxit di Moengo, Paranam dan Biliton. Akibatnya beberapa daerah yang semula dikenal sebagai “district orang-orang Jawa” yang bertani dan bercocok tanam, antara lain di district Commewijne, Saramacca, Coronie dan Nickerie, terasa semakin berkurang.jumlahnya.

Selama Perang Dunia ke 2

Selama Perang Dunia 2, kondisi perekonomian masyarakat Suriname agak membaik. Ini berkat adanya lapangan kerja pada pembangunan Instalasi Militer Sekutu di Paramaribo dan sekitarnya yang berhasil menyerap banyak tenaga kerja. Tetapi, setelah Tentara Sekutu menghentikan pembangunan Instalasi militernya, kondisi perekonomian terutama “masyarakat bawah” kembali memprihatinkan.

Hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag, Suriname memperoleh status Pemerintahan Otonom, dimana hak dan kewajibannya disamakan dengan provinsi-provinsi yang di Negeri Belanda. Akibatnya di Suriname muncul partai politik. Pada tahun 1946 berdiri Partai Politik (Parpol) milik wong Jowo, PBIS(Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname) pimpinan Bapak Soediono Soeriwisastro, yang kemudian digantikan oleh Bapak Salikin Mardi Hardjo. Pada tahun 1947 berdiri Parpol wong Jowo lain, KTPI (Kaum Tani Persatuan Indonesia) pimpinan Bapak Iding Soeminta. Dampaknya, masyarakat Indonesia “pecah” menjadi dua kelompok yang berbeda pendapat dan saling bertentangan. Kecuali itu, karena adanya beberapa suku bangsa yang tinggal di Suriname, maka persaingan antar etnispun, tidak bisa dihindarkan. Posisi jabatan dalam Pemerintahan, banyak didominasi oleh orang-orang Creol.

Kondisi yang memprihatinkan ini menarik perhatian seorang sosiolog Indonesia, Prof. DR. Yusuf Ismael,yang pada bulan Maret 1951 mengadakan studi ke Suriname dan menulis sebuah buku yang diberi judul“Indonesia” pada pantai Lautan Atlantik. Dalam buku itu beliau mengupas tuntas tentang kedudukan ekonomi dan sosial kemasyarakatan orang-orang Indonesia di Suriname.

Dari penulisan buku itu pula, Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian terhadap nasib sekitar 40.000 orang Warga Negara Indonesia yang tinggal di Suriname dan membuka Kantor Komisariat di Paramaribo. Komisariat itu telah berkembang menjadi Konsulat Jenderal dan saat ini telah berubah menjadi Kedutaan Besar. Sebagai Komisaris RI yang pertama adalah Bapak Soedarto Hadinoto.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwasannya TKI yang dikirim ke luar negeri adalah membantu membangun perekonomian negara yang hampir anjlok. Maka dari itu mereka sering disebut sebagai “Pahlawan Devisa Negara” karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 triliun rupiah (2006) [1], tetapi dalam kenyataannya, TKI menjadi ajang pungli bagi para pejabat dan agen terkait. Bahkan di Bandara Soekarno-Hatta, mereka disediakan terminal tersendiri (terminal III) yang terpisah dari terminal penumpang umum. Pemisahan ini beralasan untuk melindungi TKI tetapi juga menyuburkan pungli, termasuk pungutan liar yang resmi seperti pungutan Rp.25.000,- berdasarkan Surat Menakertrans No 437.HK.33.2003, bagi TKI yang pulang melalui Terminal III wajib membayar uang jasa pelayanan Rp25.000. (saat ini pungutan ini sudah dilarang)
Pada 9 Maret 2007 kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri dialihkan menjadi tanggung jawab BNP2TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) Depnakertrans. Banggalah dan semangat dalam bekerja bagi kalian yang memang saat ini berada di luar negeri mencari nafkah untuk menghidupi keluarga di rumah.
Sekian dulu blog dari saya semoga bermanfaat dan apabila ada salah kata silahkan komentar di bawah. Terimakasih (^_-)