Kebijakan pemerintah kolonial Barat terhadap wilayah
Indonesia, termasuk eksploitasi yang telah dilakukannya, dari kerja wajib, sewa
tanah, tanam paksa, dan politik pintu terbuka semuanya selalu merugikan rakyat
Indonesia dan sebaliknya selalu menguntungkan pemerintah kolonial. Ketidakadilan
inilah yang kemudian mendapat reaksi keras terutama dari kalangan liberal. Setelah
golongan liberal mendapat kemenangan politik di Belanda, maka muncullah
perhatian untuk memajukan kemakmuran di tanah jajahan. Cara yang ditempuh
antara lain mendesak pemerintah Belanda untuk meningkatkan kehidupan wilayah
jajahan dengan pembangunan di 3 bidang yaitu irigasi, pendidikan, dan
perpindahan penduduk.
Walaupun ada perubahan dari tanam paksa ke ekonomi liberal,
tetapi praktiknya bagi rakyat sama saja. Karena perubahan dari perusahaan
negara ke perusahaan swata tidak berbeda. Kedua-duanya sama mengeksploitasi Indonesia
untuk keuntungan yang sebesar-besarnya. Perbedaannya hanya terletak bahwa kini
Indonesia terbuka bagi penanaman modal asing, meskipun modal Belanda lebij
diutamakan. Akibatnya terjadi internasional perdagangan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan
besar di bidang perkebunan dan pertambangan dengan modal Belanda, Inggris,
Belgia, Cina, dan Jepang muncul di Indonesia. Diharapkan dengan adanya
penanaman modal asing ini keinginan untuk memasukkan kekuasaan politik oleh
negara-negara lain di Indonesia dapat dihindarkan. Namun kenyataanya ada juga
pengaruh perluasan kekuasaan kolonial terhadap munculnya Nasionalisme
Indonesia.
Dalam politik liberal ditekankan adanya perlindungan terhadp
rakayt. Tetapi kenyataannya ada kecenderungan untuk menghambat kemajuan rakyat.
Sebab meningkatkan taraf hidup rakyat berarti menghendaki modal. Padahal keuntungan
perusahaan terletak karena tersedianya tenaga buruh yang murah. Timbul kontradiksi
yang rumit penyelesaiannya dalam hubungan politik dan ekonomi kolonial. Akibatnya
rakyat tetap menderita dan hidup sengsara. Melihat kepincangan tersebut, timbul
di negeri Belanda suatu pemikiran untuk menghapuskan politik exploitasi,dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Partai-partai, bbaik partai agama
maupun sosialis, mengecam pemerintah yang selama ini hanya mengeruk keuntungan
saja tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Mereka menuntut adanya suatu
perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia, suatu perubahanyang dapat
membawa peningkatan budaya rakyat pribumi.
Selaras dengan perkembangan ekonomi, pemerintah tidak dapat
mengelak lagi untuk mengadakan pembangunan. Karena kemajuan pesat perusahaan –perusahaan
juga berkaitan dengan kebutuhan akan sarana-sarana lainnya. Seperti komunikasi
yang lancar, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Di bidang administrasi
pemerintah, pemerintah mengadakan beberapa perubahan. Seperti memperjelas
kekuasaan bupati. Menciptakan undang-undang desentralisasi tahun 1903, dan
pembentukan dewan-dewan kota dan daerah. Departemen-departemen baru, seperti
Departemen Pertanian (1904), Departemen Perusahaan-Perusahaan Negara (1907),
dibentuk. Pada permulaan abad ke-20 dibentuk dinas-dinas seperti Dinas
Pertanian, Perikanan, dan Kerajinan. Sedangkan Dinas Kesehatan dan Pengajaran diperluas.
Di bidang komunikasi, pemerintah melaksanankan pembangunan
jalan raya dan jaringan kereta api di Jawa dan Sumatera. Pelabuhan baru
dibangun seperti Tanjung Priuk, Tanjung Perak, Teluk Bayur dan Belawan. Juga
hubungan telegram dengan Eropa diadakan. Lancarnya komunikasi tidak hanya
menguntungkan lalu lintas perdagangan tetapi juga menguntungkan bagi penduduk
dan pemerintah umumnya. Untuk meningkatkan kesehatan rakyat, dilaukan
pemberantasan penyakit menular, seperti pes, kolera, malaria, dan sebagainya.
Untuk meningkatkan pertanian. Pemerintah membangun irigsi
yang luas, seperti irigasi Brantas di Jawa Timur. Untuk kepentingan petani dan rakyat
kecil didirikan bank-bankkredit, pertanian, bank padi, bank simpanan, dan
rumah-rumah gadai. Koperasi juga didirikan tetapi kurang mendapat kemajuan. Meskipun
usaha ini tidak berhasil mendorong produksi pribumi, tetapi telah berhasil
mendidik rakyat tentang penggunaan uang. Untuk mengurangi kepadatan penduduk
suatu daerah di Jawa, pemerintah melaksanakan transmigrasi. Daerah sasaran
utama ialah Sumatera Timur untuk buruh perkebunan dan Lampung.
Meskipun pemerintah telah dapat melaksanakan pembangunan di
berbagai bidang akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemerintah
kolonial dan kaum kapitalis (pemilik modal), hasilnya tidak begitu terasa bagi
rakyat. Bahkan kehidupan rakyat semakin tergantung kepada pengusaha dan pemilik
modal sebagai penyewa tanah dan pembeli tenaganya. Tingkat kehidupan ekonomi
rakyat masih tetap rendah. Perbedaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik
antara golongan Barat/asing dengan golongan pribumi sangat besar. Bahkan diskriminasi
berdasarkan warna kulit semakin kuat. Penderitaan dan keterbelakangan rakyat
yang berkepanjangan akibat penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial
menimbulkan rasa kebencian yang mendalam. Di tambah adanya diskriminasi
terhadap warna kulit untuk golongan Bumi Putera maka kebencian dan rasa tidak
puas semakin memuncak, yang akhirnya timbul keberanian untuk bangkit dan
menentang kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dana da sebagian rakyat yang
mengadakan perlawanan untuk membela martabat rakyat dan bangsnaya. Itulah semangat
nasionalisme mulai muncul pada diri rakyat Indonesia.
No comments:
Post a Comment